- Back to Home »
- Tulisan Kencit »
- Selamat Hari Guru Nasional
Posted by : shsksjdnd
Selasa, 25 November 2014
Engkau bagai pelita
dalam kegelapan. Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. Engkau patriot
pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.
Kalimat diatas adalah penggalan lagu yang rasanya akan
selalu diingat oleh kita, right?
Kemarin, 25 November merupakan Hari Guru Nasional ke-69.
Saya secara pribadi mengucapkan selamat hari guru nasional kepada semua guru di
Indonesia. Guru, engkau pahlawan yang paling mulia. Mengajarkan kami tentang
semua ilmu bermanfaat untuk hidup ini.
Terimakasih dan doa yang tak akan
putus-putusnya untukmu wahai Bapak/Ibu Guru yang selama ini telah mendidik
kami. Engkau tak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga membangun
karakter. Engkau tak hanya pintar memberikan punishmen, tapi juga bijak memberikan
reward. Ada sentuhan tangan sang guru yang lembut, penuh perhatian, dan sarat
nilai kasih sayang kepada kami ketika sedang bergulat ditengah rimba belantara
dunia pendidikan.
Selamat hari guru. Sebenarnya semua bisa jadi guru. Profesi
apapun kalian, jadilah guru juga. Belajarlah jadi guru, mengajarkan. Jika kita
punya suatu ilmu, ajarkanlah kepada oranglain, agar oranglain juga
mendapatkannya dan ilmu itu akan menjadi lebih bermanfaat.
Orangtua juga guru. Guru kita yang pertama di dunia. Setelah
kita lahir ke dunia, mereka yang pertama kali mengenalkan kita kepada dunia
ini. Mengajarkan kita tentang segala hal yang ada di dunia ini, agar kelak di
masa depan nanti kita dapat hidup di dunia ini dengan baik.
Dosen juga berhak mendapatkan ucapan selamat hari guru,
mereka juga pengajar. Mengajarkan ilmu yang mereka miliki kepada kita agar kita
semakin siap untuk menghadapi hidup di dunia ini dengan baik.
Selamat hari guru. Guru tetaplah guru yang dengan tulus dan
penuh kesabaran memberi pengetahuan dan pelajaran-pelajaran berharga bagi kita.
Sepintar apapun muridnya kelak beliau tidak akan sombong, tapi bangga. Dan,
murid yang baik adalah murid yang tidak melupakan jasa-jasa guru. Setinggi
apapun jabatan kita kelak, Presiden, pilot, dokter, apapun itu, dihadapan guru
kita wajib menunduk dan memuliakan beliau.
Guru jaman saya TK di Purwakarta yang saya tahu mereka
mengenalkan dan memperkenalkan kami kepada dunia ini. Memperkenalkan
huruf-huruf dan angka dengan sabar kepada kami, anak-anak kecil yang lagi bandel
dan senangnya bermain. Guru saya waktu kelas 1 SD di Malangbong, dan kelas 2-6
SD di Tasikmalaya. Hehe, banyak yang heran yal, beda-beda kota gini? Haha.
Emang, saya dan keluarga dulu sering pindah. Saya lahir di Cianjur, TK di
purwakarta, SD kelas 1 di Malangbong, kelas 2 SD sampai 3 SMA di Tasikmalaya,
dan sekarang kuliah merantau di Bandung.
Balik lagi ke cerita, guru-guru SD dan guru sekolah Agama
juga waktu itu, yang mengajarkan kita tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat,
berlanjut ke guru-guru SMP dan SMA juga tentunya yang tanpa lelah mengajarkan
murid-muridnya yang mulai tumbuh dewasa, mulai sering bertanya seputar
kehidupan ini, dan mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut agar
murid-muridnya mendapatkan ilmu bermanfaat untuk hidup ini.
Hubungan antara guru dan murid. Menurut kalian, ada yang
berbeda nggak sih hubungan guru-murid jaman dulu dengan jaman sekarang? Pasti, tentu ada. Saya mau cerita sedikit
tentang hubungan ini. Dimana banyak yang saya sayangkan tentnag hubungan
guru-murid pada saat ini, pada saat era modern dan globalisasi ini malah banyak
hal negative yang diserapnya daripada positifnya. Saya mau cerita tentang
hubungan guru-murid pada jaman dulu. Saya pernah merasakannya saat SD, tapi
lebih banyak saya cerita tentang pengalaman orangtua saya saat jadi murid saat
itu. Bagi siswa sekolah masa itu, kata orangtua saya kena hukuman guru adalah biasa. Distrap berdiri satu kaki
di depan kelas karena tidak mengerjakan PR bukan hal baru. Btw, saya pernah
ngerasain ini juga saat waktu SD, hehe :p
Adapun hukuman lain seperti jari tangan dijepret gara-gara
kuku panjang, rambut digunduli karena gondrong, disuruh lari muter lapangan
gara-gara melanggar aturan. Saya pernah juga mengalami ini, tapi untuk rambut
digunduli sih gapernah, karena saya jarang punya rambut gondrong :D Kadang
dijemur ditengah lapang sambil disuruh hormat ke bendera juga.
Anehnya, hukuman fisik atau hukuman berat yang diterima
siswa/I saat itu sama sekali tidak membuat kita dendam kepada guru, malah
tambah hormat. Ini benar.Ada jaman dulu jarang sekali, bahkan mungkin nggak ada
tuh misalnya siswa/i laporin gurunya ke polisi seperti yang kita temui saat
ini. Kalaupun ada, sama polisinya malah bakal ditambah diceramahi, terus
disuruh pulang. Ini kata orangtua saya juga, pernah cerita. Jadi, para pendidik
dimasa itu benar-benar “mendidik”, bukan sekedar “mengajar” Segala hukuman
fisik yang diterima ditujukan agar para siswa/i-nya benar-benar siap mental.
Hubungan guru-murid terjalin nggak cuman
di sekolah aja, tapi diluar sekolah juga.
Tapi kenapa ya saat ini jarang kita temui hal-hal seperti
itu? Apa yang salah?
Saat ini malah banyak murid-murid yang mengeluh, sedikit
kena hukum dan nempel kena fisik, langsung lapor. Malah orangtuanya juga ikutan
mendukung melapor, bukannya ngasih tau ke anaknya kalo kena hukuman pasti
anaknya ngelakuin kesalahan, dan kena hukuman itu hal yang wajar untuk
pelanggaran.
Hukuman fisik emang udah nggak relevan, tapi bukan itu
pointnya, Penghormatan dan penghargaan terhadap guru, itu point utamanya.
Guru-guru di Jepang lebih khawatir muridnya tidak bisa antri
dan hormat terhadap orangtua daripada mereka tidak bisa Matematika J
Tapi bukan cuman murid aja yang saya sayangkan kelakuannya
pada saat ini, guru saat ini juga saya sayangkan kelakuannya. Kita bisa lihat
kelakuan sebagian guru ada saat ini. Sering kita dapat berita tentang guru yang
melakukan pelecehan-pelecehan terhadap muridnya, ini sungguh memalukan. Semoga
tidak ada lagi hal-hal seperti ini.
Sekali lagi , selamat hari guru. Terimakasih kami ucapkan dengan
tulus kepada engkau guru yang selama ini telah mendidik dan memfasilitasi dalam
membangun karakter dan akhlak mulia untuk mengantarkan kami menyongsong masa
depan yang lebih baik, semoga Tuhan meridhoi dan mencatat semua ilmu yang
kalian berikan kepada kami sebagai amal baik. Amin